Sabtu, 04 Oktober 2008

Hanya Ada Orang Muda

Count you age by friends, not years

Gunung Gede-Pangrango ibarat gadis jelita penawar rasa dahaga akan keindahan bagi penduduk kota. Suasana sumpek kota-kota besar sekitarnya yang sebentar lagi mengusung konsep megapolitan semakin membuat gerah para pencari keindahan yang alami. Tak heran bila setiap akhir pekan ratusan pendaki dari kota-kota berbondong-bondong mengikuti instingnya untuk meraba kesunyian.

Kawasan Gunung Gede-Pangrango merupakan cagar alam pertama di Indonesia. Pemerintah Hindia Belanda menetapkan kawasan tersebut sebagai cagar alam pada tahun 1889. Namun baru pada tahun 1980 pemerintah Indonesia menetapkan kawasan Gunung Gede Pangrango sebagai Taman Nasional. Ini meliputi Gunung Gede (2.958 meter) dan Gunung Pangrango (3.019 meter), Kebun Raya Cibodas, Cimungkat dan Situgunung. Luas Taman Nasional ini sekitar 15.196 hektar.

Keindahan panorama gunung Gede-Pangrango merupakan fenomena tersendiri. Hutan wisata, kawah dan padang edelweiss di Gunung Gede serta alun-alun Mandalawangi Gunung Pangrango menjanjikan sensasi. Suasana anggun padang edelweiss (Anaphalis Javanica) di alun-alun Suryakencana di ketinggian 2.750 meter barangkali hanya dapat ditandingi oleh panorama serupa pada sedikit gunung saja di nusantara, seperti Semeru dan Argopuro.

Hanya ada orang muda

Setidaknya ada tiga jalur pendakian resmi menuju puncak gunung Gede-Pangrango, yaitu jalur Cibodas, jalur Gunung Putri dan jalur Selabintana, Sukabumi. Seperti juga di jalur pendakian di gunung dimanapun, sepanjang jalur pendakian gunung Gede-Pangrango saya selalu mendapati orang-orang muda. Saya menyaksikan semangat-semangat muda yang sumringah di pegunungan tinggi dan hutan belantara itu. Tak peduli berapa pun usia mereka yang saya lihat adalah semangat muda yang penuh gairah hidup. Beberapa tak kan pernah mencapai puncak karena tulang dan otot-otot tubuhnya telah melemah digerogoti usia. Bahkan beberapa tak dapat melanjutkan pendakian karena tubuhnya telah berangsur uzur. Namun saya melihat jiwa mereka selalu mencapai puncak.

Di sana anak-anak remaja mendapatkan kedewasaan dan kematangannya lebih cepat sementara mereka yang tua mendapatkan kembali keremajaan usianya. Namun tak ada yang gratis untuk itu. Anda harus sedikit memaksakan diri mengabaikan rasa letih dan kesakitan. Menurut saya, itu adalah sebuah pintu menuju sebuah sensasi yang abadi.

Dalam perjalanan itu kita bergulat dengan diri sendiri. Tendang jauh-jauh kemanjaan dan egoime yang selalu mendidik kita di kehidupan kota. Setelah kita dapat sedikit memaksakan diri barulah dari situ terpercik bara yang membakar. Energi pun memenuhi seluruh tubuh hingga tak tertampung. lagi. Alam telah menarik energi ini dan mengundangnya ke tempat teringgi.

Muda kembali

Bayangkan bila anda berada di suatu kondisi lingkungan yang sama seperti puluhan tahun lalu. Apa yang ada di sekitar sama seperti yang anda lihat saat masih kecil dulu. Maka andapun kembali ke puluhan tahun silam menjadi menjadi anak kecil tersebut. Sel-sel tubuh anda sejenak seperti mengalami metamorfosa menjadi muda seperti kupu-kupu indah yang keluar dari kepompongnya. Dengan sayapnya yang indah ia mengepak-ngepakkan lalu terbang dengan keceriaan karena lahir kembali.

Mungkin sensasi itu hanya dirasakan beberapa saat atau bahkan sekejap mata saja. Namun disaat ini manusia tidak lagi tunduk kepada konsep waktu melainkan telah bebas melampaui dinding ruang dan waktu. Manusia yang telah membebaskan diri dari alam materi dan merasakan getaran-getaran halus hatinya akan terbebas dari usianya. Ia bebas berkelana ke masa lalunya.Walau hanya sekejap sekalipun.

Anda dapat berusaha sekeras mungkin tampak awet muda dengan mengikuti berbagai gaya hidup khas metropolitan seperti diet, mengkonsumsi obat-obatan, memakai formula anti aging bahan operasi plastik. Namun tak ada yang dapat menandingi kemudaan yang didapat di pegunungan-pegunungan tinggi. Para petualang yang mengunjunginya telah meremajakan kembali semangat mereka setiap kembali dari penjelajahannya.

Tidak ada komentar: