Sabtu, 18 Oktober 2008

Berlatih ke Alam untuk Kemanusiaan


Bakat adalah karunia Tuhan yang diberikan secara rahasia,

yang kita ungkap tanpa sadar (Montesquieu)


Tak ada yang dapat menghalangi para petualang untuk sampai ke tempat tujuannya. Imajinasi untuk bebas dan menemukan keindahan telah mendorong para petualang pergi ke berbagai belahan bumi untuk menjelajahi berbagai blank spot yang belum terpetakan. Keinginan untuk memberi makna lebih pada hidup telah memberikan daya jelajah ekstra kepada para pemilik jiwa yang resah itu.

Tak ada medan yang terlampau ekstrim, tak ada udara yang terlalu tipis dan tak ada kesulitan yang tak terpecahkan bagi petualang dalam melakukan penjelajahannya. Namun seiring berlalunya waktu para pemburu tua itu merasa lelah dan mulai surut berkegiatan, bagai karang yang awalnya kokoh kian hilang tergerus gelombang. Batas-batas imajiner itu seolah makin tampak di depan mata.

Sungguhpun begitu saya ingin meyakinkan para veteran yang telah lama rehat dari kegiatan outdoor, bahwa tetap berlatih dan menjaga rutinitas berkegiatan di alam merupakan hal yang berharga. Tidak untuk sekedar nostalgia masa lalu, idealisme perhimpunan atau memuaskan adrenalin, namun untuk sesuatu yang dapat kita lakukan bagi kemanusiaan.

Hidup yang berharga

Alam telah mengajarkan betapa berharganya hidup manusia. Untuk alasan itu kita akan memahami mengapa banyak explorer yang merasakan dorongan untuk tak berhenti berlatih di alam. Dengan berlatih di alam, daya tahan maupun daya jelajah tetap terjaga, minimal tidak akan menurun drastis dibanding dengan hanya duduk seharian di belakang meja sepanjang tahun. Demikian pula skill dan insting mereka akan tetap terasah. Dan jauh lebih penting dari itu, kesadaran akan rasa kemanusiaan kita senantiasa akan terpelihara.

Disaat bencana senantiasa mengancam kehidupan manusia, segelintir milisi kemanusiaan harus muncul dan memperlihatkan semangat bahwa solidaritas pada sesama tak akan pernah hilang. Saya termasuk yang percaya, bahwa mereka yang senantiasa berlatih di alam adalah salah satu yang memiliki kualitas terbaik untuk terjun ke tengah bencana menolong sesamanya.

Tak ada yang lebih membuat kuat daripada berlatih di alam. Kita selalu merasakan kondisi ekstrim saat berlatih di alam. Namun kita selalu bertahan menghadapinya. Kita bertahan diantara badai, terik menyengat, reruntuhan bebatuan dan luapan banjir. Kita telah melewatkan malam-malam yang beku dengan pakaian basah kuyup. Kita tetap bergerak walau didera rasa lapar dan haus. Kita tak menyerah karena sadar bahwa mempertahankan hidup adalah hal yang sangat berharga. Adakah yang lebih memahami karakter alam dibandingkan mereka yang berlatih padanya?

Bencana tidak hanya terjadi jauh dari peradaban manusia. namun juga terjadi tepat di jantung kota. Banjir, kebakaran, wabah penyakit maupun kemiskinan akut senantiasa menerkam masyarakat perkotaan dan terjadi tepat di depan hidung kita. Maka ketika bencana kemanusiaan melanda dan puluhan nyawa melayang, jangan bilang anda sudah cukup lega dengan memberikan donasi dengan transfer lewat rekening. Jangan bilang pula anda telah puas dengan menyumbangkan sekardus mie instan dan air kemasan ketika kemanusiaan sedang terancam. Kelangsungan hidup mahkluk paling dicintai Tuhan itu tidak hanya terancam oleh bencana, tapi terancam binasa oleh ketidakpedulian sesamanya.

The chosen one

Tuhan memberi kelebihan pada sebagian orang untuk memberi manfaat bagi lainnya, bahkan untuk menolong kehidupan sesamanya dari kebinasaan. Mereka dikarunai kekuatan melebihi orang awam pada umumnya sehingga dapat mengatasi tekanan yang berlipat-lipat dibanding orang biasa. Mereka dibukakan mata melihat kebajikan melewati batas yang dilihat orang. Mereka diberi kejujuran hati untuk peduli pada sesamanya.

Tuhan tidak sedang bermain dadu ketika memberi kekuatan pada seseorang dan tidak kepada lainnya. Tidak kepada teman-temannya sekelilingnya, tidak kepada sanak saudaranya. Lalu Ia membuat segelintir pilihannya itu menuju kawah candradimuka dimana mereka ditempa oleh kekuatan dahsyat alam.

Tentu saja anda tak harus serta merta terjun ke tempat bencana sekarang. Cukuplah kembali ke alam tempat kita dulu senantiasa berlatih, untuk mengasah kembali skill yang terpendam oleh kesibukan sehari-hari. Dan yang terutama adalah untuk kembali mengasah rasa kemanusiaan kita. Dan ketika saatnya tiba, kita telah siap untuk sebuah tugas paling mulia dalam kehidupan ini yaitu menolong sesama.

Masyarakat yang didera berbagai penderitaan telah menunggu-nunggu datangnya milisi dari langit itu. Apakah anda merasakan bisikan-bisikan yang memanggil itu? Tuhan telah cukup lama menunggu anda.

Tidak ada komentar: